Catching Fire

Flash


widgeo.net

Selasa, 11 Februari 2014

Kendaraan di Film Transformers 4

AUTOBOTS di Transformers 4
Film Transformers 4 baru akan memulai syutingnya pertengahan Juli 2013. Film yang telah memasuki seri ke-4 nya ini merupakan film Box Office sukses hingga seri ke-3 nya. Film yang menceritakan pertarungan antara robot-robot dari Luar angkasa yang bisa bertransformasi menjadi kendaraan dan pesawat ini selalu menghadirkan aksi seru dengan Special effect yang canggih.
Meski filmnya baru akan rilis pertengahan 2014 mendatang, beberapa bocoran mengenai kendaraan apa saja yang akan ikut beraksi dalam fim ini..Lets Check'em Out.
 
1.Western Star Prototype
Meskipun aslinya dalam film kartun, Optimus Prime berupa mobil Truk Kenworth K100 dengan kontainer dibelakangnya, Namun dalam film animasi dan Live-Action terbarunya, Optimus didesain ulang secara keseluruhan. Dalam Film Transformers arahan sutradara Michael Bay, Optimus didesain dalam rupa Truk Peterbilt dengan finishing stripes warna merah-biru.
Redesain untuk Optimus Prime
Dalam Film Transformers 4 nanti, Pemimpin Autobot ini, akan dibuat lebih “keren” dengan mengadopsi Prototype terbaru dari Truck Western Star yang diproduksi oleh Daimler Automotive Group. Dengan desain Aerodinamis, Truk ini bisa melaju lebih kencang. Finishing Airbrush model “Nyala Api” bukan lagi yang utama, karena lebih didominasi oleh tekstur Chrome Sporty yang memberi kesan lebih Garang.
 
2. 1967 Chevrolet Camaro
Autobot Sahabat Sam Witwicky (Shia LeBouf) ini,  sebelumnya berupa mobil Camaro Chevrolet keluaran terbaru, namun di film Transformers 4  nanti,  'Bumblebee' akan dibuat lebih retro’, berupa mobil antik yang sebelumnya telah dimodifikasi, istilahnya "restomod", karena Mobil Camaro keluaran 1967 ini sudah tidak diproduksi lagi. Jadi nantinya di Transformers 4, para penggemar mobil-mobil antik bisa menyaksikan aksi mobil idaman mereka, tentunya mobil yang tidak karatan dan pastinya mengkilap abiss.
Redesain dari Bumblebee
Gambar mobil Camaro ‘Bumblebee’  antik ini memunculkan berbagai komentar di media online sehubungan adanya kesamaan model dengan Mobil hasil kreasi seorang penyuka mobil ‘Mr. Vengeance’, baik dari sisi rangkanya hingga handle pintu, Team Transformers 4 mengadopsi  kreasi mobil terbaik, namun seberapa seringkah mobil ini nantinya akan muncul di film Transformers  4?, itulah yang masih menjadi misteri.
 
3. 2014 Chevrolet Camaro
Meskipun 'Bumblebee' akan hadir dalam bentuk retro di film Transformers 4, namun beberapa waktu lalu Paramount juga merilis Prototype Mobil Camaro keluaran Terbaru 2014 yang lebih modern, bersamaan saat merilis Camaro Restomod 1967. Dengan Body full dipoles cat, namun masih belum ada konfirmasi, akan jadi robot apa nantinya mobil ini.
Bumblebee dalam mode Camaro modern
Ada kemungkinan kalau sekali lagi ‘Bumble bee’ akan mengalami “Upgrade” dari Model 1967 ke model 2014. Tapi Michael Bay juga belum memberikan konfirmasi perihal dua Model Camaro ini. Bisa jadi sebaliknya, nantinya Bumblebee malah berubah dari Mobil Camaro terbaru menjadi Camaro antik 1967. Kita tunggu saja di filmnya nanti.
 
4. 2014 Chevrolet Corvette Stingray
Mustahil jika Chevrolet tidak memanfaatkan film Transformers 4 ini untuk memamerkan Mobil New C7 Corvette Stingray mereka dalam jajaran kendaraan Autobots. Kabarnya Mobil C7 ini adalah ‘Slingshot’, anggota Autobot yang di serial animasinya malah berbentuk pesawat tempur.
"Slingshot" dalam mode kendaraan 
Jika kabar ini benar, maka itu akan menjadi berita buruk bagi para fans Aerialbots, mengingat ‘Slingshot’ terkenal dengan serangan udaranya yang hebat. Apapun itu, Corvette berwarna hijau lemon ini memberi nuansa baru di Transformers 4.
 
5. Bugatti Veyron Grand Sport Vitesse
Sebagai kendaraan resmi tercepat sepanjang sejarah yang beroperasi di jalan raya (dengan kecepatan maximum 253,81 mph), para pecinta film nantinya akan sering melihat aksi Mobil Bugatti Veyron ini tahun depan. Untuk Transformers 4, Para pembuat film merekrut Veyron Grand Sport Vitesse – Mobil Convertible tercepat sepanjang sejarah (dengan kecepatan maksimum 254,04 mph).
"Drift" dalam mode kendaraan
Kabarnya, mobil C7 ini adalah ‘Drift’ dalam mode kendaraan, merupakan anggota Autobot yang ikut berjuang demi kehormatan. Kemungkinan nantinya “Drift” kebanyakan muncul dalam bentuk kendaraan, dikarenakan performa kendaraan senilai 2,25 juta US Dollar ini dengan dapur pacu 1200 tenaga kuda. Kesimpulannya tidak mungkinlah mobil Super ini nantinya dikendarai oleh Stunt Driver.
 
6. 2013 Lamborghini Aventador LP 700-4
Menggantikan posisi Mobil legendaris sekelas Lamborghini Murcielago bukanlah hal yang mudah, meski sudah beberapa Mobil Lamborghini terbaik pernah mencobanya. Tapi seri Aventador LP 700-4 ini, bukanlah supercar biasa. Mobil yang sangat terkenal ini cuma diproduksi 4.000 unit dan itulah alasan mobil ini harurgabung tampil di Transformers 4.
Mobil Lamborghini yang hanya diproduksi 4.000 unit
Sedikit yang bisa diketahui mengenai peran mobil ini dalam Transformer 4, tapi berdasarkan slogan mobil ini sebagai “Supercar paling ramah di dunia”, kemungkinan dia termasuk dalam Transformers jahat. Namun dari bentuknya yang hitam Matte, Mobil ini lebih cocok masuk dalam Kelompok Autobot.
 
7. 2013 Pagani Huayra
Walaupun  Pagani Huayra 2013 (dibaca 'wai-rah') body nya tidak semenarik desain mobil the Aventador, namun secara teknis dia menang dalam hal kecepatan dan bentuk yang lebih  aerodimasiis . Huayra berwarna “Merah darah” yang muncul di Transformers 4 ini nantinya memiliki “bukaan angin” di body depan dan samping untuk mengurangi tekanan angin pada saat kecepatan tinggi, meningkatkan performa di roda depan dan belakang.
Mobil Sporty keren ini juga ikut bermain di Transformers 4
Masih belum jelas masuk dalam kelompok mana mobil ini. Tak ada petunjuk dari warna cat-nya, tapi kita harapkan nantinya bisa melihat mobil ini dalam adegan kejar-kejaran yang seru. Desain yang sempurna merupakan faktor utama sebuah kendaraan berkecepatan tinggi, yang artinya Huayra akan sangat berbahaya bagi musuh-musuhnya, terlepas dia Autobots atau Decepticons.
 
8. 2013 Chevrolet Ultimate Sonic RS
Kelompok Autobot tidak semuanya terdiri dari Mobil mewah berkecepatan tinggi, salah satunya Mobil Ultimate Sonic RS dari Chevy yang menawarkan sensai Off-road di film ini. Mobil Rally warna ungu ini belum diketahui sebagai apa di film Transformers 4, tapi pastinya diprediksi akan memberikan aksi pertarungan ala robot Petinju.
Mobil RAlly warna ungu ini siap meramaikan film Transformers 4
Belum jelas maksud dari angka “12” pada pintu mobil ini. Mungkin saja Cuma branding semata yang membedakannya dengan mobil lain di film ini atau bisa jadi Robot transformers ini mempunyai impian sebagai pembalap dan menjadikannya sebagai mode kendaraannya.
 
9. Oshkosh Defense Medium Tactical Vehicle
Jika ada satu anggota Autobot yang bisa diserahi tugas pengangkutan alat berat, sepertinya “Hound” lah Autobot yang tepat. Memiliki bentuk mobil Jeep dalam serial animasinya, ‘Hound’ mengalami perombakan besar-besaran di film ini dengan maksud agar kesan “Kendaraan Militer”nya lebih keluar. Bukan lagi kendaraan Jeep biasa, Truck  Medium Tactical Vehicles dari Oshkosh Defense ini  akan memberikan model penyamaran baru bagi ‘Hound’.
ira-kira mode Robot truck ini seperti apa ya?
Di Cerita aslinya, Hound dikenal sebagai Auotobot yang lantang mendukung perjuangan manusia dan siap membela manusia di bumi. Di filmnya nanti Team Transformers 4 akan membuat mobil ini selalu berada didekat rekan Autobot lainnya agar selalu siap dalam memberikan bantuan.

10. Freightliner Argosy
Pengembangan desain dari the Freightliner Argosy – yang merupakan kendaraan terakhir di film ini akan mengembalikan kenangan pecinta Transformers, tidak hanya semata memberikan gambaran Optimus Prime dalam bentuk animasi, tapi mungkin Cuma truk ini satu-satunya mode penyamaran Transformers yang mirip dengan yang di film kartunnya.

Identitas Truk mirip Optimus Prime ini masih misteri
Ada tiga kandidat yang diperkirakan akan menjadi mode penyamaran Truk ini - Motormaster, Ultra Magnus, atau Nemesis Prime – dan bagaimana ketiga karakter tersebut  bisa membuka kisah baru dalam pertempuran para Transformers??
Pihak Paramount Pictures secara tidak langsung ingin menyampaikan kalau film Transformers 4 ini nantinya menjadi sebuah Trilogy baru dari franchise Transformers dengan dihadirkannya mobil-mobil keren dalam film ini, So..We are Here..We Are Waiting.!

Perang Bharathayudha, kisah perang besar dalam pewayangan

Perang di Kurukshetra (Dewanagari: कुरुक्षेत्रयुद्धIASTKurukṣētrayud'dha), yang merupakan bagian penting dari wiracarita Mahabharata, dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara lima putra Pandu (Pandawa) dengan seratus putra Dretarastra (Korawa). Dataran Kurukshetra yang menjadi lokasi pertempuran ini masih bisa dikunjungi dan disaksikan sampai sekarang. Kurukshetra terletak di negara bagian Haryana, India.

Sama halnya dengan versi aslinya, yaitu versi Mahabharata, perang Baratayuda merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang dipimpin oleh Puntadewa (atau Yudistira) melawan sepupu mereka, yaitu para Korawa yang dipimpin oleh Duryudana.
Akan tetapi versi pewayangan menyebut perang Baratayuda sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah ditetapkan akan terjadi. Selain itu, Padang Kurusetra sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di India, melainkan berada di Jawa. Dengan kata lain, kisah Mahabharata menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa.
Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, sehingga membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Keputusan inilah yang membuat perang Baratayuda tidak dapat dihindari lagi.


Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, sehingga membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Keputusan inilah yang membuat perang Baratayuda tidak dapat dihindari lagi. 



Perang Bharatayudha
Tentu saja kata-kata ini tidaklah asing bagi kita, apa yang ada di benak kita saat memikirkan kata “Perang Bharatayudha” ? Wayang, sejarah, sebuah perang hebat?
Kisah peperangan ini adalah kisah perang terhebat dalam cerita pewayangan, perang ini adalah perang antar saudara yaitu Pandhawa(melambangkan kekuatan baik) dan sepupu mereka Kurawa(melambangkan kekuatan jahat) akibat perebutan takhta kerajaan yang seharusnya jatuh ke tangan Puntadewa, malah diberikan pamannya(Destrarestra) ke anaknya yaitu Duryudana, anak sulung dari para Kurawa. Padahal Destraresta berjanji akan mengembalikan takhta ke tangan Puntadewa saat mereka sudah cukup dewasa.
Di saat mereka sudah mulai berkuasa, datanglah Kurawa dan Sengkuni yang mencurangi mereka dalam permainan judi sehingga para Pandawa pun harus pergi ke hutan sebagai akibat dari kekalahan mereka.
Balatentara Korawa menyerang laksana gelombang lautan yang menggulung-gulung, sedang pasukan Pandawa yang dipimpin Resi Seta menyerang dengan dahsyat seperti senjata yang menusuk langsung ke pusat kematian.
Bisma dapat menewaskan Resi Seta. Bharatayuddha babak pertama diakhiri dengan sukacita pihak Korawa karena kematian pimpinan perang Pandawa.
Setelah Resi Seta gugur, Pandawa kemudian mengangkat Drestadyumna (Trustajumena) sebagai pimpinan perangnya dalam perang Bharatayuddha. Sedangkan Bisma tetap menjadi pimpinan perang Korawa. Dalam babak ini kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu Garudanglayang (Garuda terbang).
Dalam pertempuran ini dua anggota Korawa, Wikataboma dan kembarannya, Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh Bima. Sementara itu beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya Prabu Sumarma, raja Trigartapura tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh oleh Arya Satyaki, Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak Setyaki), Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan Gatotkaca, dan Prabu Malawapati, raja Malawa tewas terkena panah Hrudadali milik Arjuna.
Bisma setelah melihat komandan pasukannya berguguran kemudian maju ke medan pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas petunjuk Kresna, Pandawa kemudian mengirim Dewi Wara Srikandi untuk maju menghadapi Bisma. Dengan tampilnya prajurit wanita tersebut di medan pertempuran menghadapi Bisma. Bisma merasa bahwa tiba waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi Amba yang tewas di tangan Bisma. Bisma gugur dengan perantaraan panah Hrudadali milik Arjuna yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.

Asal Usul Perang Bharatayudha
Istilah Baratayuda berasal dari kata Kisah peperangan ini merupakan bagian dari kitab Mahabarata yang berasal dari India, beberapa hal dalam peperangan agak berbeda versi antara Jawa dengan India. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah ditetapkan akan terjadi. Selain itu, Padang Kurusetra sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di India, melainkan berada di Jawa, tepatnya di dataran tinggi Dieng. Dengan kata lain, kisah Mahabharata menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa, Dalam pewayangan Jawa dikenal adanya sebuah kitab yang tidak terdapat dalam versi Mahabharata. Kitab tersebut bernama Jitabsara berisi tentang urutan siapa saja yang akan menjadi korban dalam perang Baratayuda. kitab ini ditulis oleh Batara Penyarikan, atas perintah Batara Guru, raja kahyangan.
Menurut beberapa sumber, 695 tahun sebelum masehi, muncul banyak pujangga-pujangga kerajaan yang menulis banyak karya sastra dan menerjemahkan cerita-cerita yang berkembang, di masa ini, terdapat banyak biksu, nah kitab Mahabharata ini sendiri dikatakan berasal dari kerajaan Sriwijaya, sebab di sini terdapat biksu-biksu yang lebih banyak dari di kerajaan lain dan kerajaan Sriwijaya sudah mulai mengelola perpustakaan.
uga muncul dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian tersebut nyatabahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu kerajaan. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha.
Bharatayuddha (Perang Bharata), yaitu judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuna yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kadiri. Sebenarnya kitab baratayuda yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama sama keturunan Raja Erlangga .
Di Yogyakarta, cerita Baratayuda ditulis ulang dengan judul Serat Purwakandha pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana V. Penulisannya dimulai pada 29 Oktober 1847 hingga 30 Juli 1848.

Babak dalam Perang Bharatayudha
Babak 1: Seta Gugur
Babak 2: Tawur (Bisma Gugur)
Babak 3: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Babak 4: Ranjapan (Abimanyu Gugur)
Babak 5: Timpalan (Burisrawa Gugur atau Dursasana Gugur)
Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Babak 7: Karna Tanding
Babak 8: Rubuhan (Duryudana Gugur)
Babak 9: Lahirnya Parikesit

PERANG BHARATAYUDHA

PRABU DRUPADA yang waktu mudanya bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra bersaudara sepupu dengan Bambang Kumbayana/Resi Durna dan menjadi saudara seperguruan sama-sama berguru pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup, Arya Sucitra pergi meninggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina kehadapan Prabu Pandudewanata. Arya Sucitra menekuni seluk beluk tata kenegaraan dan tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh Prabu Pandu ia di jodohkan/dikawinkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna. Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada. Dalam masa kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Durna, dan separo dari wilayah negara Pancala direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak-anak Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai senapati perang Pandawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena panah Cundamanik.


RESI DURNA

d20_durna_yogya2
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.

Pelajaran Berharga ;
  1. Sapa sing nggawe mesthi nganggo”, siapa menanam mengetam ngundhuh wohing pakarti”. Perbuatan jahat pada orang lain akan menjadi bumerang, kembali membuat malapetaka pada diri sendiri. Tampaknya nukilan dari falsafah hidup Kejawen ini merupakan rumus alam (baca; kodrat alam/kodrat Tuhan). Bagaimanapun Durna sudah pernah merebut separoh wilayah kekuasaan dan membunuh Prabu Drupada. Maka kematian Resi Durna berada di tangan sang Drestajumena yakni putra Prabu Drupada sendiri.   Sebenarnya Drestajumena secara kalkulasi tidak akan mungkin mengalahkan Resi Durna, karena kesaktiannya belum ada apa-apanya jika dibanding Resi Durna. Namun Hyang Widhi telah memenuhi rumus “sapa nggawe nganggo dan ngunduh wohing pakarti” apapun jalannya Resi Durna mati di tangan Drestajumena setelah tubuhnya dirasuki roh Prabu Ekalaya. Sudah menjadi kodrat alam, malapetaka (wohing pakarti) datang menimpa diri sendiri, tidak mesti dari pihak korban atau orang yang dijahati, namun bisa datang dari pihak lainnya lagi. 
  2. Resi Durna sebagai figur yang memiliki watak dualisme, atau berkepribadian ganda. Di satu sisi ia membuat huru-hara, di sisi lain mendidik para kesatria Pandawa dari tlatah kebenaran. Namun ia akhirnya mati “ngunduh wohing pakarti” alias karena ulahnya sendiri.
  3. Ilmu ibarat pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk kebaikan maupun kejahatan tergantung manusianya.
  4. Resi Durna dengan Prabu Drupada adalah saudara sepupu yang dahulu bernaung dalam satu perguruan, namun Prabu Drupada memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan (amr ma’ruf nahi mungkar) sementara Resi Durna lebih banyak memanfaatkannya untuk keburukan dan membela kekuatan jahat.
  5. Dalam peperangan fisik semisal Perang Bharata Yudha, dalam konteks riil ambil contoh antara Yahudi dan Palestina, merupakan perang saudara yang memperebutkan wilayah atau daerah kekuasaan sebagaimana dalam cerita perang Baratayudha antara senopati perang Drupada melawan senopati perang Durna.
  6. Sebagai peringatan kepada umat manusia untuk berhati-hati terhadap 3 macam nafsu negatif paling berbahaya yang dapat menghancurkan hubungan tali persaudaraan baik dalam hubungan internal keluarga, pertemanan atau pergaulan,  berbangsa dan bernegara yakni ;  nafsu cari benarnya sendiri, nafsu keinginan berkuasa, dan nafsu penguasaan harta (warisan). Terutama terhadap orang-orang terdekat masih saudara sendiri. Jika terjadi perang (saudara) akan menjadi perang yang sangat keji dan kejam. Terlebih lagi perang tersebut diwarnai dalih membela kebenaran, antara kekuatan “putih” dan “hitam. Akibatnya adalah kehancuran dahsyat. Semoga contoh di atas dapat meningkatkan kesadaran kita semua, untuk tetap bersatu dalam tali rasa yang satu, satu kebangsaan, satu bumi pertiwi, satu bahasa. Sehingga bangsa ini terhindar dari kehancuran, sebaliknya meraih kejayaannya kembali

Baratayuda

Baratayuda adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India.
Istilah Baratayuda berasal dari kata Bharatayuddha, yaitu judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuna yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kadiri.
Kisah Kakawin Bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan Surakarta.
Di Yogyakarta, cerita Baratayuda ditulis ulang dengan judul Serat Purwakandha pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana V. Penulisannya dimulai pada 29 Oktober 1847 hingga 30 Juli 1848.
Sebab Peperangan
Kurukshetra, lokasi tempat Bharatayuddha berlangsung (di India).
Sama halnya dengan versi aslinya, yaitu versi Mahabharata, perang Baratayuda merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang dipimpin oleh Puntadewa (atau Yudistira) melawan sepupu mereka, yaitu para Korawa yang dipimpin oleh Duryudana.
Akan tetapi versi pewayangan menyebut perang Baratayuda sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah ditetapkan akan terjadi. Selain itu, Padang Kurusetra sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di India, melainkan berada di Jawa. Dengan kata lain, kisah Mahabharata menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa.
Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, sehingga membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Keputusan inilah yang membuat perang Baratayuda tidak dapat dihindari lagi.
Kitab Jitabsara
Dalam pewayangan Jawa dikenal adanya sebuah kitab yang tidak terdapat dalam versi Mahabharata. Kitab tersebut bernama Jitabsara berisi tentang urutan siapa saja yang akan menjadi korban dalam perang Baratayuda. kitab ini ditulis oleh Batara Penyarikan, atas perintah Batara Guru, raja kahyangan.
Kresna raja Kerajaan Dwarawati yang menjadi penasihat pihak Pandawa berhasil mencuri kitab tersebut dengan menyamar sebagai seekor lebah putih. Namun, sebagai seorang ksatria, ia tidak mengambilnya begitu saja. Batara Guru merelakan kitab Jitabsara menjadi milik Kresna, asalkan ia selalu menjaga kerahasiaan isinya, serta menukarnya dengan Kembang wijayakusuma, yaitu bunga pusaka milik Kresna yang bisa digunakan untuk menghidupkan orang mati. Kresna menyanggupinya. Sejak saat itu Kresna kehilangan kemampuannya untuk menghidupkan orang mati, namun ia mengetahui dengan pasti siapa saja yang akan gugur di dalam Baratayuda sesuai isi Jitabsara yang telah ditakdirkan dewata.
Aturan Peperangan
Ilustrasi saat perang di Kurukshetra dalam kitab Mahabharata.
Jalannya perang Baratayuda versi pewayangan sedikit berbeda dengan perang versi Mahabharata. Menurut versi Jawa, pertempuran diatur sedemikian rupa sehingga hanya tokoh-tokoh tertentu yang ditunjuk saja yang maju perang, sedangkan yang lain menunggu giliran untuk maju.
Sebagai contoh, apabila dalam versi Mahabharata, Duryodhana sering bertemu dan terlibat pertempuran melawan Bimasena, maka dalam pewayangan mereka hanya bertemu sekali, yaitu pada hari terakhir di mana Duryudana tewas di tangan Bima.
Dalam pihak Pandawa yang bertugas mengatur siasat peperangan adalah Kresna. Ia yang berhak memutuskan siapa yang harus maju, dan siapa yang harus mundur. sementara itu di pihak Korawa semuanya diatur oleh Duryudana sendiri, yang seringkali dilakukannya tanpa perhitungan cermat.
Pembagian babak
Di bawah ini disajikan pembagian kisah Baratayuda menurut versi pewayangan Jawa.Babak 1: Seta Gugur
Babak 2: Tawur (Bisma Gugur)
Babak 3: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Babak 4: Ranjapan (Abimanyu Gugur)
Babak 5: Timpalan (Burisrawa Gugur atau Dursasana Gugur) Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Babak 7: Karna Tanding
Babak 8: Rubuhan (Duryudana Gugur)
Babak 9: Lahirnya Parikesit
Jalannya pertempuran
Karena kisah Baratayuda yang tersebar di Indonesia dipengaruhi oleh kisah sisipan yang tidak terdapat dalam kitab aslinya, mungkin banyak terdapat perbedaan sesuai dengan daerah masing-masing. Meskipun demikian, inti kisahnya sama.
Babak pertama
Dikisahkan, Bharatayuddha diawali dengan pengangkatan senapati agung atau pimpinan perang kedua belah pihak. Pihak Pandawa mengangkat Resi Seta sebagai pimpinan perang dengan pendamping di sayap kanan Arya Utara dan sayap kiri Arya Wratsangka. Ketiganya terkenal ketangguhannya dan berasal dari Kerajaan Wirata yang mendukung Pandawa. Pandawa menggunakan siasat perang Brajatikswa yang berarti senjata tajam. Sementara di pihak Kurawa mengangkat Bisma (Resi Bisma) sebagai pimpinan perang dengan pendamping Pendeta Drona dan prabu Salya, raja kerajaan Mandaraka yang mendukung Korawa. Bisma menggunakan siasat Wukirjaladri yang berarti “gunung samudra.”
Balatentara Korawa menyerang laksana gelombang lautan yang menggulung-gulung, sedang pasukan Pandawa yang dipimpin Resi Seta menyerang dengan dahsyat seperti senjata yang menusuk langsung ke pusat kematian. Sementara itu Rukmarata, putra Prabu Salya datang ke Kurukshetra untuk menonton jalannya perang. Meski bukan anggota pasukan perang, dan berada di luar garis peperangan, ia telah melanggar aturan perang, dengan bermaksud membunuh Resi Seta, Pimpinan Perang Pandawa. Rukmarata memanah Resi Seta namun panahnya tidak melukai sasaran. Setelah melihat siapa yang memanahnya, yakni seorang pangeran muda yang berada di dalam kereta di luar garis pertempuran, Resi Seta kemudian mendesak pasukan lawan ke arah Rukmarata. Setelah kereta Rukmarata berada di tengah pertempuran, Resi Seta segera menghantam dengan gada (pemukul) Kyai Pecatnyawa, hingga hancur berkeping-keping. Rukmarata, putera mahkota Mandaraka tewas seketika.
Dalam peperangan tersebut Arya Utara gugur di tangan Prabu Salya sedangkan Arya Wratsangka tewas oleh Pendeta Drona. Bisma dengan bersenjatakan Aji Nagakruraya, Aji Dahana, busur Naracabala, Panah kyai Cundarawa, serta senjata Kyai Salukat berhadapan dengan Resi Seta yang bersenjata gada Kyai Lukitapati, pengantar kematian bagi yang mendekatinya. Pertarungan keduanya dikisahkan sangat seimbang dan seru, hingga akhirnya Bisma dapat menewaskan Resi Seta. Bharatayuddha babak pertama diakhiri dengan sukacita pihak Korawa karena kematian pimpinan perang Pandawa.
Babak Kedua
Setelah Resi Seta gugur, Pandawa kemudian mengangkat Drestadyumna (Trustajumena) sebagai pimpinan perangnya dalam perang Bharatayuddha. Sedangkan Bisma tetap menjadi pimpinan perang Korawa. Dalam babak ini kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu Garudanglayang (Garuda terbang).
Dalam pertempuran ini dua anggota Korawa, Wikataboma dan kembarannya, Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh Bima. Sementara itu beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya Prabu Sumarma, raja Trigartapura tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh oleh Arya Satyaki, Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak Setyaki), Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan Gatotkaca, dan Prabu Malawapati, raja Malawa tewas terkena panah Hrudadali milik Arjuna. Bisma setelah melihat komandan pasukannya berguguran kemudian maju ke medan pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas petunjuk Kresna, Pandawa kemudian mengirim Dewi Wara Srikandi untuk maju menghadapi isma. Dengan tampilnya prajurit wanita tersebut, Bisma merasa bahwa tiba waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi Amba yang tewas di tangan Bisma. Bisma gugur dengan perantaraan panah Hrudadali milik Arjuna yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.
Tawur demi kemenangan
Dalam babak ini juga diadakan korban demi syarat kemenangan pihak yang sedang berperang. Resi Ijrapa dan anaknya Rawan dengan sukarela menyediakan diri sebagai korban (Tawur) bagi Pandawa. Keduanya pernah ditolong Bima dari bahaya raksasa. Selain itu satria Pandawa terkemuka, Antareja yang merupakan putra Bima juga bersedia menjadi tawur dengan cara menjilat bekas kakinya hingga tewas. Sementara itu Sagotra, hartawan yang berhutang budi pada Arjuna ingin menjadi korban bagi Pandawa. Namun karena tidak tahu arah, ia bertemu dengan Korawa. Oleh tipu muslihat Korawa, ia akan dipertemukan dengan Arjuna, namun dibawa ke Astina. Sagotra dipaksa menjadi tawur bagi Korawa, namun menolak mentah-mentah. Akhirnya, Dursasana, salah satu anggota Kurawa membunuhnya dengan alasan sebagai tawur pihak Korawa.
Kutipan dari Kakawin Bharatayuddha
Kutipan di bawah ini mengambarkan suasana perang di Kurukshetra, yaitu setelah pihak Pandawa yang dipimpin oleh Raja Drupada menyusun sebuah barisan yang diberi nama “Garuda” yang sangat hebat untuk menggempur pasukan Korawa.
Kutipan Terjemahan
Ri huwusirə pinūjā dé sang wīrə sirə kabèh, ksana rahinə kamantyan mangkat sang Drupada sutə, tka marêpatatingkah byūhānung bhayə bhisamə, ngarani glarirèwêh kyāti wīrə kagəpati
Setelah selesai dipuja oleh ksatria semuanya, maka pada siang hari berangkatlah Sang Raja putera Drupada, setibanya telah siap mengatur barisan yang sangat membahayakan, nama barisannya yang berbahaya ialah “Garuda” yang masyur gagah berani
Drupada pinakə têndas tan len Pārtha sirə patuk, parə Ratu sirə prsta śrī Dharmātmaja pinuji, hlari têngênikī sang Drstadyumna sahə balə, kiwə pawanə sutā kas kocap Satyaki ri wugat
Raja Drupada merupakan kepala dan tak lain Arjuna sebagai paruh, para Raja merupakan punggung dan Maharaja Yudistira sebagai pimpinan, sayap bagian kanan merupakan Sang Drestadyumna bersama bala tentara, sayap kiri merupakan Bhima yang terkenal kekuatannya dan Satyaki pada ekornya
Ya tə tiniru tkap Sang śrī Duryodhana pihadhan, Sakuni pinakə têndas manggêh Śālya sirə patuk, dwi ri kiwa ri têngên Sang Bhīsma Drona panalingə, Kuru pati Sirə prstə dyah Duśśāsana ri wugat
Hal itu ditiru pula oleh Sang Duryodana. Sang Sakuni merupakan kepala dan ditetapkan Raja Madra sebagai paruh, sayap kanan kiri adalah Rsi Bhisma dan pendeta Drona merupakan telinga, Raja Kuru merupakan punggung dan Sang Dursasana pada ekor
Ri tlasirə matingkah ngkā ganggā sutə numaso, rumusaki pakekesning byuhē pāndawə pinanah, dinasə gunə tkap Sang Pārthāng laksə mamanahi, linudirakinambah de Sang Bhīma kasulayah
Setelah semuanya selesai mengatur barisan kala itu Rsi Bhisma maju ke muka, merusak bagian luar pasukan Pandawa dengan panah, dibalas oleh Arjuna berlipat ganda menyerang dengan panah, ditambah pula diterjang oleh Sang Bima sehingga banyak bergelimpangan
Karananikə rusāk syuh norā paksə mapuliha, pirə ta kunangtusnyang yodhāgal mati pinanah, Kurupati Krpa Śalya mwang Duśśāsana Śakuni, padhə malajêngumungsir Bhīsma Drona pinakə
toh Sebab itu binasa hancur luluh dan tak seorang pun hendak membalas, entah berapa ratus pahlawan yang gugur dipanah, Raja Kuru – Pendeta Kripa – Raja Salya – dan Sang Dursasana serta Sang Sakuni, sama-sama lari menuju Rsi Bhisma dan Pendeta Drona yang merupakan taruhan
Niyata laruta sakwèhning yodhā sakuru kula, ya tanangutusa sang śrī Bhīsma Drona sumuruda tuwi pêtêngi wêlokning rènwa ngdé lêwu wulangun, wkasanawa tkapning rah lumrā madhêmi lebū
Niscaya akan bubar lari tunggang langgang para pahlawan bangsa Kaurawa, jika tidak disuruh oleh Rsi Bhisma dan Pendeta Drona agar mereka mundur, ditambah pula keadaan gelap karena mengepulnya debu membuat mereka bingung tidak tahu keadaan, akhirnya keadaan terang karena darah berhamburan memadamkan debu
Ri marinika ptêng tang rah lwir sāgara mangêbêk, maka lêtuha rawisning wīrāh māti mapupuhan, gaja kuda karanganya hrūng jrah pāndanika kasêk, aracana makakawyang śārā tan wêdi mapulih
Setelah gelap menghilang darah seakan-akan air laut pasang, yang merupakan lumpurnya adalah kain perhiasan para pahlawan yang gugur saling bantai, bangkai gajah dan kuda sebagai karangnya dan senjata panah yang bertaburan laksana pandan yang rimbun, sebagai orang menyusun suatu karangan para pahlawan yang tak merasa takut membalas dendam
Irika nasēmu képwan Sang Pārthārddha kaparihain, lumihat i paranāthākwèh māting ratha karunna, nya Sang Irawan anak Sang Pārthāwās lawan Ulupuy, pêjah alaga lawan Sang Çrênggi rākshasa nipunna
Ketika itu rupanya Arjuna menjadi gelisah dan agak kecewa, setelah ia melihat Raja-Raja yang secara menyedihkan terbunuh dalam keretanya, di sanalah terdapat Sang Irawan, anak Sang Arjuna dengan Dewi Ulupi yang gugur dalam pertempuran melawan Sang Srenggi, seorang rakshasa yang ulung

Kisah Pandawa Lima

Entah berawal darimana, saya googling “pandawa lima” di omgoogletukangditanyatanyain. Menarik juga ternyata kisah Mahabharata, dengan kisah peperangan yang populer dengan nama Baratayuda (Bharatayuddha). Perang Baratayuda ini merupakan kisah peperangan antara keluarga Pandawa dan Kurawa yang terjadi di Padang Kurusetra. Sebenarnya mereka, keluarga Pandawa dan Kurawa, adalah saudara sepupu. Namun mereka berselisih mengenai tahta kerajaan Hastinapura.
Banyak pula yang menganalogikan perang Baratayuda ini sebagai pertarungan antara sisi baik manusia dengan sisi jahat manusia. Sisi baik disini adalah Pandawa, sedangkan sisi jahat disini adalah Kurawa. Dalam perang Baratayuda, keluarga Pandawa dipimpin oleh Kakak tertua mereka, Yudisthira. Sedangkan dari pihak Kurawa, dipimpin oleh Duryudana.
Dari pihak Pandawa sendiri, terkenal dengan Pasukan terdepannya, Pandawa Lima, yang terdiri dari Yudisthira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Pewaris asli tahta kerajaan dari Pandu (Bapaknya Pandawa Lima) dengan dewi Kunti adalah Yudisthira, Bima, dan Arjuna. Sedangkan Nakula dan Sadewa adalah saudara tiri mereka hasil perkawinan Pandu dengan dewi Madri. Adapun Pandawa Lima ini sering dianalogikan sebagai sifat baik dan 5 kesempurnaan sikap bagi manusia (terutama lelaki).
Mari kita bahas satu Persatu..
1. Yudisthira (Puntadewa)
Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan Hastinapura.

2. Bima (Bimasena)
Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti “mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima memang memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain. Tak heran, Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda, memimpin tentara Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang to the point, tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah titisan Bayu, dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi Kunti. Bima mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama Rujakpala, tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang dinamakan Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh penutup perang yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi Kurawa. Bima memiliki anak dari perkawinannya dengan Dewi Arimbi yang bernama Gatotkaca.

3. Arjuna (Wijaya)
Arjuna adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra, raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle di kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya, untuk membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga, Arjuna dikenal sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna tidak pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri karena ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi yang membantu Arjuna membunuh Bisma.

4. Nakula
Anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkawinan antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah. Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan tidak terbatas.

5. Sadewa
Adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan pintar menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan kecerdikan dan kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh pendiam dalam kisah Mahabharata.

======================================================
Jika Pandawa adalah cerminan kebaikan dari umat manusia, maka Kurawa menjadi cerminan tamak dan rakusnya manusia. Karena itu, sering juga Baratayuda sebagai peperangan internal yang akan selalu terjadi dalam diri tiap-tiap individu manusia.
Dan ternyata masih banyak tokoh-tokoh lainnya dalam kisah Mahabharata yang belum terceritakan oleh saya di tulisan kali ini. Masih ada Prabu Kresna dengan kebijaksanaanya sebagai penasihat Pandawa Lima, Abimanyu dan Gatotkaca dengan kesaktian dan keberanianya, Prabu Baladewa, Semar dan Bagong, Dewi Srikandi yang lihai, lincah, dan rupawan. wah, pokoknya masih banyak tokoh pewayangan Indonesia yang bisa diambil sifat-sifat baiknya. Mudah-mudahan bisa saya tulis di lain kesempatan. :)

Kisah Perang Baratayuda


Kematian Sakuni. Kepingan badannya dilempar ke lima penjuru dunia.
(karya : Herjaka HS)
Karna menjadi panglima perang, dan berhasil menewaskan musuh. Yudhisthira minta agar Arjuna menahan serangan Karna. Arjuna menyuruh Ghatotkaca untuk menahan dengan ilmu sihirnya, Ghatotkaca mengamuk, Korawa lari tunggang-langgang. Karna dengan berani melawan serangan Ghatotkaca. Namun Ghatotkaca terbang ke angkasa. Karna melayangkan panah, dan mengenai dada Ghatotkaca. Satria Pringgandani ini limbung dan jatuh menyambar kereta Karna, tetapi Karna dapat menghindar dan melompat dari kereta. Ghatotkaca mati di atas kereta Karna. Para Pandawa berdukacita. Hidimbi pamit kepada Dropadi untuk terjun ke perapian bersama jenasah anaknya.
Pertempuran terus berkobar, Drona berhasil membunuh tiga cucu Drupada, kemudian membunuh Drupada, dan raja Wirata. Maka Dhrtadyumna ingin membalas kematian Drupada.
Kresna mengadakan tipu muslihat. Disebarkannya berita, bahwa Aswatthama gugur. Yudhisthira dan Arjuna mencela sikap Kresna itu. Kemudian Bhima membunuh kuda bernama Aswatthama, kemudian disebarkan berita kematian kuda Aswatthama. Mendengar berita kematian Aswatthama, Drona menjadi gusar, lalu pingsan. Dhrtadyumna berhasil memenggal leher Drona. Aswatthama membela kematian ayahnya, lalu mengamuk dengan menghujamkan panah Narayana. Arjuna sedih atas kematian gurunya akibat perbuatan yang licik. Arjuna tidak bersedia melawan Aswatthama, tetapi Bhima tidak merasakan kematian Drona. Dhrtadymna dan Satyaki saling bertengkar mengenai usaha perlawanan terhadap Aswatthama. Kresna dan Yudhisthira menenangkan mereka. Pandawa diminta berhenti berperang. Tapi Bhima ingin melanjutkan pertempuran, dan maju ke medan perang mencari lawan, terutama ingin menghajar Aswatthama. Saudara-saudaranya berhasil menahan Bhima. Arjuna berhasil melumpuhkan senjata Aswatthama. Putra Drona ini lari dan sembunyi di sebuah pertapaan. Karna diangkat menjadi panglima perang. Banyak perwira Korawa yang memihak kepada Pandawa.
Pada waktu tengah malam, Yudhisthira meninggalkan kemah bersama saudara-saudaranya. Mereka khidmat menghormat kematian sang guru Drona, dan menghadap Bhisma yang belum meninggal dan masih terbaring di atas anak panah yang menopang tubuhnya. Bhisma memberi nasihat agar Pandawa melanjutkan pertempuran, dan memberi tahu bahwa Korawa telah ditakdirkan untuk kalah.
Pandawa melanjutkan pertempuran melawan Korawa yang dipimpin oleh Karna. Karna minta agar Salya mau mengusiri keretanya untuk menyerang Kresna dan Arjuna. Salya sebenarnya tidak bersedia, tetapi akhirnya mau asal Karna menuruti perintahnya.
Pertempuran berlangsung hebat, disertai caci maki dari kedua belah pihak. Bhima bergulat dengan Doryudana, kemudian menarik diri dari pertempuran. Dussasana dibunuh oleh Bhima, sebagai pembalasan sejak Dussasana menghina Drupadi. Darah Dussasana diminumnya.
Arjuna perang melawan Karna. Naga raksasa bernama Adrawalika musuh Arjuna, ingin membantu Karna dengan masuk ke anak panah Karna untuk menembus Arjuna. Ketika hendak disambar panah, kereta yang dikusiri Kresna dirundukkan, sehingga Arjuna hanya terserempet mahkota kepalanya. Naga Adrawalika itu ditewaskan oleh panah Arjuna. Ketika Karna mempersiapan anak panah yang luar biasa saktinya, Arjuna telah lebih dahulu meluncurkan panah saktinya. Tewaslah Karna oleh panah Arjuna.
Doryudhana menjadi cemas, lalu minta agar Sakuni melakukan tipu muslihat. Sakuni tidak bersedia karena waktu telah habis. Diusulkannya agar Salya jadi panglima tinggi. Sebenarnya Salya tidak bersedia. Ia mengusulkan agar mengadakan perundingan dengan Pandawa. Aswatthama menuduh Salya sebagai pengkhianat, dan menyebabkan kematian Karna. Tuduhan itu menyebabkan mereka berselisih, tetapi dilerai oleh saudara-saudaranya. Aswatthama tidak bersedia membantu perang lagi. Salya terpaksa mau menjadi panglima perang. Nakula disuruh Kresna untuk menemui Salya, dan minta agar Salya tidak ikut berperang. Nakula minta dibunuh daripada harus berperang melawan orang yang harus dihormatinya. Salya menjawab, bahwa ia harus menepati janji kepada Duryodhana, dan melakukan darma kesatria. Salya menyerahkan kematiannya kepada Nakula dan agar dibunuh dengan senjata Yudhisthira yang bernama Pustaka, agar dapat mencapai surga Rudra. Nakula kembali dengan sedih.
Salya menemui Satyawati, pamit maju ke medan perang. Isteri Salya amat sedih dan mengira bahwa suaminya akan gugur di medan perang. Satyawati ingin bunuh diri, ingin mati sebelum suaminya meninggal. Salya mencegahnya. Malam hari itu merupakan malam terakhir sebagai malam perpisahan. Pada waktu fajar Salya meninggalkan Satyawati tanpa pamit, dan dipotongnya kain alas tidur isterinya dengan keris. Salya memimpin pasukan Korawa. Amukan Bhima dan Arjuna sulit untuk dilawannya. Salya menghujankan anak panahnya yang bernama Rudrarosa. Kresna menyuruh agar Pandawa menyingkir. Yudhisthira disuruh menghadap Salya. Yudhisthira tidak bersedia harus melawan pamannya. Kresna menyadarkan dan menasihati Yudhisthira. Yudhisthira disuruh menggunakan Kalimahosadha, kitab sakti untuk menewaskan Salya. Salya mati oleh Kalimahosadha yang telah berubah menjadi pedang yang bernyala-nyala. Kematian Salya diikuti oleh kematian Sakuni oleh Bhima. Berita kematian Salya sampai kepada Satyawati. Satyawati menuju medan perang, mencari jenasah suaminya. Setelah ditemukan, Satyawati bunuh diri di atas bangkai suaminya.
Duryodhana melarikan diri dari medan perang, lalu bersembunyi di sebuah sungai. Bhima dapat menemukan Duryodhana yang sedang bertapa. Duryodhana dikatakan pengecut. Duryodhana sakit hati, lalu bangkit melawannya. Bhima diajak berperang dengan gada. Terjadilah perkelahian hebat. Baladewa yang sedang berziarah ke tempat-tempat suci diberi tahu oleh Narada tentang peristiwa peperangan di Hastina. Kresna menyuruh Arjuna agar Bhima diberi isyarat untuk memukul paha Duryodhana. Terbayarlah kaul Bhima ketika hendak menghancurkan Duryodhana dalam perang Bharatayudha. Baladewa yang menyaksikan pergulatan Bhima dengan Duryodhana menjadi marah, karena Pandawa dianggap tidak jujur, lalu akan membunuh Bhima. Tetapi maksud Baladewa dapat dicegah, dan redalah kemarahan Baladewa..

silsilah keluarga Kurawa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5veyVKgCd74utroBvZWZ70NL0WVIrdwQWhYo0UG9HFB9WJaHie5_8POc1dOzxSQlyGo4_AeGyBmu-vxJb8qHdx-EugJN6Vp6bwovnERZNrdLRj0LRGERlJ5Sl9-iu63IVFWTZLKMgNJyT/s1600/Baratayudha.jpg
http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/t1/419332_10150583824333736_1369401114_n.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrTe4yHs1l3sD66oznUy571Y3hBt8og-AYBOLSoMR43e3_pfDkjlUdWc5XdKCTU4NSgUxvfNS6XCI5azIfgsmtkO5J9NQSU5vYzSPj0ugJaSm9CXbXs7kPDSNDgfutV5RO72E_jQWO76Y/s400/silsilah+pandawa.bmp
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbxphOn0-w-NBcRXcM4NIpRsdE8xFdWt4c5aevZcpI1-1lYlMOIJl7Qr1qtpm1DIUWpIHp46noEK-wTzXoq4V3QxmoG0uF6Rr1P99bqdLBOLWK9WXUFBYZ9TrivQ7TL2H0RjaPuwWYAHc/s1600/bharata.png

Silsilah keluarga Bharata

Silsilah keturunan Maharaja Yayati

 
 
 
Nahusa
 
 
 
Asokasundari
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Dewayani
 
 
 
Yayati
 
 
 
 
 
 
 
 
Sarmista
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yadu
 
Turwasu
 
Druhyu
 
Anu
 
Puru

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
Yadu menurunkan
wangsa Yadawa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Puru menurunkan
wangsa Paurawa

Silsilah keluarga Bharata

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Puru

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Wangsa
Paurawa


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
Generasi
Paurawa
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Sakuntala
 
Duswanta
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
Bharata
 
Watsa
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
Keluarga
Bharata
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Yasodari
 
Hasti
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Para Raja
Hastinapura
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
Kuru
 
Yamadi
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
Dinasti
Kuru
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Sunanda
 
Pratipa
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Gangga
 
 
 
 
 
Santanu
 
 
 
 
 
Satyawati
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bisma
 
Citrānggada
 
Ambalika
 
Wicitrawirya
 
Ambika
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Madri
 
Kunti
 
Pandu
 
Dretarastra
 
Gandari
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pandawa
 
 
 
 
 
Korawa